Manga Merambah Luas di Pasar Eropa

Manga Merambah Luas di Pasar Eropa



Harus diakui bahwa pasaran komik di Indonesia telah dikuasai oleh manga atau komik asal Jepang. Komikus Indonesia pun mulai mengadaptasi ke gaya yang berasal dari negeri matahari terbit ini.

Ternyata kaum muda Indonesia bukan satu-satunya yang tergila-gila manga. Di Eropa pun tokoh-tokoh bermata lebar dan monster-monster menyeramkan yang sering muncul di manga sangat digandrungi. Untuk memahami kenapa masyarakat Eropa juga bisa 'jatuh korban' pada manga mungkin perlu sedikit ditelaah sejarahnya dari akhir abad ke-19.

"Aku iri pada kejernihan orang Jepang dalam segala karya mereka. Tak pernah membosankan dan sepertinya tak pernah dikerjakan dengan terlalu buru-buru," tulis seniman terkenal Vincent Van Gogh pada saudaranya, Theo, di tahun 1888.

Van Gogh, tenar lewat lukisan-lukisannya yang bergaris tegas dan mencolok, pernah menyalin karya Utagawa Hiroshige asal Jepang yang tertuang pada balok kayu. Karya Utagawa Hiroshige ini dianggap akar dari manga, dan kata 'manga' sendiri bisa diterjemahkan secara kasar sebagai 'lukisan bentuk bebas'.

"Karya mereka semudah bernapas, dan mereka melukiskan orang dengan beberapa garis tegas, semudah mengancing baju," tulisnya. Dengan garis tebal dan warna-warna mencolok, hasil cetakan Hiroshige sangat halus.

Lukisan Van Gogh di tahun 1887 yang menampilkan pohon persik berbunga merupakan salinan dari cetakan Hiroshige dan kini karga Van Gogh itu disimpan di museum Van Gogh, Amsterdam.

Sekarang kita kembali ke masa kini, setelah gelombang pengaruh kebudayaan Amerika dan pasaran komik yang sudah jenuh dengan tokoh Disney seperti Mickey Mouse, tak mengherankan kalau generasi muda di Eropa kini tertarik pada tokoh kartun yang serba hiperbola dari dunia manga. Golongan dewasa muda adalah pasaran yang berkembang di industri penerbitan.
Cobalah masuk ke toko buku di Eropa pada hari Jumat atau Sabtu maka Anda akan melihat banyaknya anak-anak muda berkerumun di jajaran rak komik manga - ini pemandangan yang baru ada beberapa tahun belakangan ini saja, dan rasanya tak jauh berbeda dari toko buku di Indonesia yang tak jarang memiliki beberapa rak khusus untuk manga saja.

Di Düsseldorf, Jerman terdapat jalan Immermannstrasse yang banyak dimukimi oleh orang Jepang dan penuh toko-toko bernuansa Jepang. Begitu memasuki daerah ini Anda takkan berasa lagi bahwa anda di Jerman.
Di sini remaja Jerman bebas bergaya seperti penyanyi Jepang dengan make-up tebal dan rambut warna-warni, dan memakai photo-box 'purikura' yang menghasilkan foto berhias gambar-gambar lucu yang dicetak sebagai stiker.

Di Roma pun toko-toko buku makin memperluas koleksi manga mereka. "Ini lebih dari tren sementara," kata Paul Gravett, penerbit dan pakar komik di Eropa. "Kata 'manga' telah menjadi istilah internasional."

Potensi Besar

Walau penjualan manga di Jepang sendiri telah menurun beberapa tahun terakhir tapi di negara-negara lain justru meningkat. Komik seperti "Naruto" dan "Death Note" telah menjadi wajib baca bagi kalangan muda, mirip seperti kegandrungan generasi sebelumnya terhadap komik "Tin Tin" dan "Asterix".
Secara fisik perbedaan manga dan komik Eropa atau AS adalah manga kebanyakan hitam-putih dan dicetak dalam bentuk halaman lebih kecil, tapi satu buku manga juga lebih tebal dari komik Eropa atau AS umumnya. Dari segi tema, manga sangatlah luas, karena di Jepang manga sudah umum untuk kalangan apapun, dengan tema mulai dari fantasi, pornografi, hingga arkeologi dan bisnis.

Pasaran manga di Eropa diperkirakan bernilai 38 juta euro (kira-kira USD 56,5 juta), menurut data Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang (Jetro). Ini masih jauh dari pasaran manga di Jepang yang bernilai JPY 480 juta (kira-kira USD 5,3 miliar), tapi potensi yang terkandung sungguh besar.
Dilihat dari potensi jumlah penduduk, di Eropa terdapat 500 juta jiwa, jauh melebihi jumlah penduduk Jepang yang hanya 126 juta. Perhitungan tren dari IRecent menyatakan bahwa pasaran manga di Eropa berkembang rata-rata 10-15 persen per tahun, perhitungan itu berdasarkan data dari para penerbit dan Jetro.

Manga, Pemasaran dan Periklanannya

Eksekutif Asia kini lebih tertarik mengukur potensi produk manga di pasaran. Di awal tahun ini, dua dari tiga penerbit terbesar di Jepang, yaitu Shogakukan Inc. dan Shueisha Inc., telah melakukan manuver untuk mengendalikan sirkulasi manga di Eropa, dengan cara membeli distributor animasi KAZE dan juga anak perusahaannya VIZ Media.

Kelompok jaringan TV-kabel Disney-ABC di bulan September juga melakukan perjanjian dengan VIZ untuk menayangkan serial Naruto untuk pertelevisian di AS. "Sudah pasti 100 persen bahwa manga akan bercokol cukup lama," kata Cedric Littardi, presdir dari KAZE yang berbasis di Paris. "Jumlah pembaca manga kian meningkat tiap tahun di tiap negara Eropa."

loading...

Komentar